1. Perkembangan
Agama Budha di China
Sejarah china sebelum masuknya agama
budha sebelum agama budha masuk di china, masyarakat china sudah memiliki
kepercayaan sendiri yaitu kong hu chu yang diajarkan oleh confusius, dan tao
yang diajarkan oleh lao tzu.
Agama atau kepercayaan orang china pada
dewa-dewa, roh leluhur, sudah ada sejak konghucu lahir. Konghucu bukanlah
pencipta dari agama china, tetapi penerus dari agama tersebut.
Agama atau kepercayaan orang china
sebelum konghucu lahir dapat di bedakan kedalam 3 bagian:
1) Kepercayaan
terhadap roh halus yang terdapat di alam raya.
2) Kepercayaan
terhadap roh leluhur yang mereka pandang dapat mengatur dan menentukan jalan
hidup mereka di dunia.
3) Kepercayaan
terhadap langit –langit di pandang sebagai tempat dewa tertinggi yang mengatur
alam dan seisinya.
Kehidupan masyarakat di china :
1) Pada
abad pertama sebelum masehi, penduduk china berkembang pesat. Penduduknya di
perkirakan sudah berjumlah 50 juta.
2) Daerah-daerah
subur di sepanjang aliran-aliran sungai menjadi tempat pemukiman yang
memberikan cukup makanan.
3) Padi
merupakan bahan pokok utama.
4) Tanaman
baru yang berasal dari champa (vietnam) yang berkembang pada abad ll seperti
gandum, ubi jalar yang dapat tumbuh pada tanah-tanah yang sempit, ikut
mendorong pertumbuhan jumlah penduduk.
5) Penduduk
china terdiri dari suku-suku bangsa dengan bahasa yang berlainan. Suku
utama adalah bangsa han yang
menggembangkan dasar-dasar kebudayaan dan politik sejak dinasti han (202-220
Sm)
Sejarah masuknya agama budha di china, secara
tradisi dikatakan bahwa penyebaran agama budha dari india ke Tionghoa (china)
dan terjemahan kitab suci yang pertama kali dari bahasa sansakerta ke dalam
bahasa mandarin. Terjadi selama kerajaan kaisar pertama atau the first emperor.
2. Perkembangan
Agama Budha di Jepang
Sebelum agama konfusius dan agama budha
memasuki jepang, keadaan agama jepang belum terorganisasi dan hanya merupakan
kumpulan tanpa nama dari berbagai pemujaan alam, arwah nenek moyang, dan
shanamisme.
Kehidupan
sosial masyarakat jepang saat itu tergambar dalam istilah matsurigoto (yang
artinya pemerintah atau upacara keagamaan)
Awal
masuknya agama budha di jepang pada tahun 853 Sm atau abad ke 5 Sm. Tepatnya
ketika kerajaan korea mengirimkan delegasi kepada kaisar kimmeo teno di jepang.
Di samping membawa hadiah, delegasi tersebut meminta agar kaisar dan rakyatnya
memeluk agama budha ( bukkyo-butsu : budha, kyo :ajaran ) dalam bahasa jepang.
Yaitu di percaya mulai masuk ke jepang lewat kerajaan baekje di korea sekitar
tahun 538.
40
tahun kemudian kaisar jepang saat itu yaitu pangeran shotoku meresmikan budha
sebagai agama resmi negara. Sebagai agama baru pasti banyak penolakan dan juga
tekanan.
Pada
masa pemerintah oda nobunaga (1534-15820, agama budha mengalami masa suram
karena pemerintah saat itu bersikap antipati terhadap agama ini.
Hal
ini di sebabkan karena pada masa itu muncul banyak pemberontakan oleh rakyat
menentang pemerintah yang kebetulan di dukung oleh pendeta budha khusunya dari
sekte tendai di hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil
yang terletak di atas puncak bukit dan membunuh rakyat pengikutnya.
Pada
masa meiji (1868-1912) pemertintah menetapkan shito sebagai agama negara. Dan
secara tidak langsung menempatkan agama budha dalam posisi yang bersebrangan .
pada masa itu banyak kuil budha yang ditutup dan pemerintah memkaksa para rahib
untuk berkeluarga.
Sejak
itu banyak kuil yang beralih status menjadi kuil kleluarga yaitu kuil yang
pengelolaanya dilakukan secara perorangan dan di wariskan secara turun temurun.
Kemudian,
di kalangan para pemimpin dan rakyat jepang, pro kontra terhadap masuknya agama
budha muncul. Mereka yang kontra (jika kaisar memeluk agama budha khawatir jika
hal itu akan menimbulkan kemurkaan para dewa ). Mereka yang pro ( karena mereka
merasa tertarik dengan kelebihan agama baru, dari pada agama negaranya sendiri
).
Tokoh
utama dalam penyebaran agama budha di jepang adalah pangeran shotoku taishi
(547-621 M). Yang menetapkan agama budha sebagai agama negara, dan
menerjemahkan kitab suci :
1) Sandharma
pindaruka
2) Vimalakirti
3) Srinalasutera
Shotoku
merupakan pribumi jepang yang pertama bersungguh-sungguh dalam memahami ajaran
pemikiran agama budha dan memeluk agama budha dengan penuh keyakinan.
Pada
masa pangeran shotoku berkuasa, agama budha menguasai kehidupan agama
dikalangan istana, pada tahun 604 m(sudah menjadi agama negara) , pada tahun
607 m (di horyuji didirikan kelenteng agama budha di jepang dan kemudian
menjadi tempat studi umat budha ).
Perkembangan
agama budha di jepang yaitu awal mula masuknya agama budha di jepang dengan
mulai mengalami tanggapan dari masyarakat jepang di percaya pada tahun 538 Sm.
Pada jaman asoka melalui delegasi dari kerajaan Baekjae di korea.
Perkembangan
agama budha sendiri mengalami pasang surut sejak zaman asoka sampai masa modern
ini.
Perkembangan
agama budha sendiri terjadi banyak penolakan dan pemberontakan dari masyarakat
sekitar yang secara empiris, memiliki kepercayaan memuja banyak dewa yang di
sebut kepercayaan shinto.
Sejarah
perkembangan Buddhisme di Jepang, meliputi 3 periode :
1) Periode
Nara
2) Periode
Heian
3) Pasca
periode Heian
·
Periode Nara (kedatangan) abad ke 6-7
Perkembangan
agama budha pada zaman asoka dan jaman Nara dapat pula di sebut dengan babak
awal kedatangan dan perkembangan agama budha di jepang.
Pada
masa-masa awal penjajakan agama budha di jepang yaitu dengan penyesuaian dan
adaptasi terhadap kepercayaan asli rakyat jepang, yaitu shinto.
Pada
awal masuknya agama budha di jepang di jaman asoka, banyak penolakan yang
terjadi.
Pada
masa pemerintahan militer oda nobunaga , agama budha mengalami masa suram
karena pemerintah saat itu bersikap antipati terhadap agama ini.
Hal
ini di sebabkan karena pada zaman Nara, kepercayaan budha semskin berkembang,
penerapan agama budha dari china oleh keluarga kaum bangsawan. Begitu kaum
bangsawan menerima agama budha, maka penyebaranya ke seluruh negeri berlangsung
dengan cepat.
Pada
zaman Nar terdapat 6 sekte agama budha cukup terkenal dan memiliki cukup banyak
tiongkok.
1) Sekte
kegon (dari aliran avatamsaka)
2) Sekte
ritsu (dari aliran Vinaya )
3) Sekte
kushu (dari aliran abidharmakosha)
4)
Sekte Shanron,
mengambil dari aliran Tiga Kitab Suci dari Madyamika
5) Sekte Hosso
, mengambil dari aliran Dharmalaksana mengajarkan bahwa ada beberapa yang tidak
bisa diselamatkan.
6)
Sekte Jojitsu,
menganut aliran Satyasiddhi-sastra
Pada periode Nara para pengikut dari
sekte – sekte tersebut masih dalam kalangan Bangsawan dan petinggi – petinggi
Damyo. Hal tersebut dikarenakan ritualnya
yang masih rumit, perlu pengetahuan yang mendalam untuk mempelajarinya dan
teks-teks ajaran Buddhanya yang pada saat itu masih menggunakan dengan
huruf Kanbun yaitu huruf – huruf Cina kuno.
Selama periode Nara banyak biara
yang dibangun, bangunan-bangunan sakral tersebut mengikuti Arsitektur Tang
seperti biara terkenal Todaiji (terkenal dengan patung besar Buddha -Nara
Daibutsu) dan biara Horyuji yang dibangun dengan bahan dari kayu dan berdiri
sampai kini, biara Horyuji adalah bangunan yang dianggap tertua didunia yang
dibuat dari kayu. Bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur Tang lebih banyak
dijumpai di Jepang daripada di Tiongkok sendiri, hal ini disebabkan oleh
peperangan-peperangan atau bencana alam yang sering melanda Tiongkok dan
bangunan-bangunan dari kayu lebih mudah terbakar.
Selama
pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha telah
menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama
ini dan membuat patung Buddha yang besar di Nara serta
menjadikannya sebagai pusat kebudayaan nasional. Di tiap propinsi dibangun
pagoda-pagoda dan sistem pembabaran Dhamma yang efektif sesuai
dengan keadaan setempat.
Periode ini diawali dengan munculnya dua aliran agama Buddha di
Jepang, yaitu aliran Tendai oleh Saicho (797-822) dan aliran Shingon
oleh Kukai (774-835). Tujuan dari para pendiri aliran tersebut adalah agar
agama Buddha dapat diterima oleh rakyat Jepang.
Selama pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha telah
menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama
ini dan membuat patung Buddha yang besar di Nara serta menjadikannya
sebagai pusat kebudayaan nasional. Di tiap propinsi dibangun pagoda-pagoda dan
sistem pembabaran Dhamma yang efektif sesuai dengan keadaan
setempat.Sekte Kegon (Huan Yen) versi Jepang memberikan ideologi Buddhis
baru bagi negara. Selama pemerintahan Nara terdapat 6 sekte yang berkembang di
Jepang.
Sekte Kegon (sekte Hwaom Korea) adalah sekte yang mempunyai pandangan dan kepercayaan
bahwa semua yang ada di dalam ini dapat berhubungan erat dengan kosmik yang
terwujud di dalam tubuh Buddha. Yang dimakud
adalah bahwa Dharmma itu tidak terlepas dari ajaran sang buddha yaitu trikaya. Pandangan dan kepercayaan ini didasarkan pada
Avatamsamkasutra.
Pendidikan dan pemikiran Ratsuterutama lebih ditekankan pada disiplin (vinaya)
serta semata-mata merupakan alternatif akademik. Pada saat penyelamat alam yang
ideal yang diperkenalkan adalah apa yang diajarkan Lotus Sutra dan penekanannya
pada peranan umat seperti penjelasan dalam Vimalakitri Sutra. Dengan adanya
cara penyelamatan yang ideal ini menjadi jelas bagi raja bahwa rohaniawan
terlalu banyak berperan dan aktif di dalam politik. Selama pemerintahan anak perempuan (putri) Kaisar
Shoma, bhikku Donkyu yang bertindak selaku pejabat pemerintah dari putri
kaisar tersebut telah mencoba untuk menjadi kaisar. Hanya karena adanya
perlawanan para aristocrat, maka Jepang tidak menjadi negara teokrasi beragama Buddha aliran
Tibet yaitu negara yang memotori gerakan perkembangan Agama Buddha adalah kaum
bangsawan sebab pemikirannya lebih mendalam dibandingkan dengan kaum biasayang
masih berfikir sederhana. Sebagian dari perlawanan ini karena adanya tekanan dari Sangha, yaitu berupa tekanan bahwa seorang Bhikkhu tidak boleh memiliki peran
ganda (bercampur dengan urusan polotik) karena adanya situasi yang tidak menguntungkan ini, akhirnya pengadilan
memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Kyoto pada tahun 794.
Pada tahun 804, Bhikṣu Saichi dikirim ke China dan kemudian kembali
ke Jepang untuk mengajarkan (membabarkan) doktrin dari Tien Tai (dalam
bahasa Jepang disebut Tendai).
Walaupun sekte Hasso telah mengajarkan bahwa ada beberapa yang tidak
bisa diselamatkan, tetapi Tendai menekankan pembabatan dan penyelamatan
alam (dengan cara mengkritisi Bhiksu supaya tidak memiliki peran ganda yang
berarti seorang Bhiksu yang seharusnya menjalani aturan vinayaan jalur
keviharaan, bukan ikut jalur politik sehingga Bhiksu tetap berada dijalur
kerohanian). Agama Buddha
Jepang yang berkarakter Jepang terus berlangsung dan dapat didengar dalam
pendidikan dan pemikiran baru dari masa Huan. Kompleks VihāraTendai di
atas pegunungan Hie dikenal sebagai cikal bakal dari agama Buddha
di dalam menyelamatkan keamanan negara.
Aliran Shingon adalah salah satu bentuk dari aliran Tantra yang
diperkenalkan kepada Jepang oleh Bhikkṣu Kukai di awal abad ke-9. Agama BuddhaShingon menentukan penyatuan
dari pemeluknya dengan Buddha (persatuan Kawula-Gusti) dalam berbagai
macam bentuknya.Dalam perkembangan sekte-sekte Buddhis, Tendai dan Shingon
bercampur baur dengan agama Shinto yang nampak dalam penyatuan pemujaan
dewa Shinto dan dewa-dewa dalam agama Buddha, sehingga terjadi
persekutuan pemujaan. Gerakan dalam agama Buddha terjadi pada abad ke-10
dengan munculnya kepercayaan terhadap Buddha Amitābha. Banyak orang yang
memeluk kepercayaan ini karena kesederhanaan ajaran, yakni dengan mengucapkan ”Amitābha
Buddha” secara berulang-ulang akan terlahir di Tanah Suci (Sukhavati).
Kemudian gerakan lain banyak muncul pada abad ke-13 karena banyak didorong oleh
cita-cita umat awam untuk mencapai kemurnian dan kesederhanaan ajaran maupun caranya. Yang menjadi awal adalah kepercayaan ini adalah pemahaman yogacara dan
madyamika. Dengan pemahaman terhadap dua hal tersebut mengakibatkan sulitnya
penyebaran agama Buddha, sebab pemikiran kaum Jepang masih berpikir praktis dan
sederhana. Dengan melihat keadaan yang ada maka dipakainya metode praktis
sehingga kaum Jepang dapat menerima dengan mnegucapkan “Amitaba Buddha”. Pandangan ini banyak dianut oleh para petani dan
prajurit.
Pada zaman Kamakura mulai timbul feodalisme di Jepang. Aliran-aliran
agama Buddha yang tumbuh dalam suasana feodalisme tersebut di antaranya
adalah Zen yang diperkenankan oleh Eisai (1141-1215), Dogen (1200-1253) serta Nichiren
yang didirikan oleh Nichiren (1222-1282).
c. Pasca-periode
Heian (periode lanjutan) abad ke 15-20
Dengan
berakhirnya periode Kamakura, maka di Jepang tidak terdapat perkembangan
agama yang berarti, kecuali meluasnya beberapa aliran.Pada zaman Edo
(1603-1867), agama Buddha sudah kembali menjadi agama nasional di bawah
perlindungan Shogun Tokogawa.Pada masa pemerintahan Shogun Tokogawa, agama Buddha
di Jepang menjadi tangan (alat) dari pemerintah. Vihāra sering digunakan
sebagai pendataan dan pendaftaran penduduk dan dijadikan salah satu cara untuk
mencegah penyebaran agama Kristen yang oleh pemerintah feodal dianggap
sebagai ancaman politik. Agama Buddha tidak begitu populer di kalangan
masyarakat pada masa pemerintahan Meiji (1868-1912). Pada waktu itu, muncul
usaha untuk menjadikan Shinto sebagai agama negara, yang dilakukan
dengan cara memurnikan ajaran Shinto yang telah bercampur dengan agama Buddha,
dan untuk itu dibutuhkan suatu penyelesaian. Cara yang dilakukan antara lain
dengan menyita tanah vihāra dan membatasi gerak-gerik para bhikṣu. Keadaan tersebut berubah setelah restorasi Meiji
pada tahun 1868, agama Buddha menghadapi saingan dari agama asli, Shinto.
Namun hal itu dinetralisir dengan kebebasan memeluk agama yang diberikan oleh
undang-undang dasar Jepang.Selama periode ultra nasional (1930-1945)
pemikir-pemikir agama Buddha menyerukan penyatuan dunia Timur (Asia
Timur Raya) ke dalam tanah suci Buddha (Buddha Land) di bawah
pengawasan Jepang. Setelah perang berakhir, kelompok-kelompok agama Buddha yang
baru dan lama mulai menyatakan bahwa agama Buddha merupakan agama negara
yang penuh dengan perdamaian dan persaudaraan.
d.
Perbandingan Ajaran Buddha Jepang Dengan Negara Lain
Pada mulanya memang agama Budha masuk ke Jepang melalui Korea, Cina dan India.
Akan tetapi seiring berkembangnya ajaran Buddha di Jepang, ajaran Budha di
Jepang memiliki keunikan tersendiri dan perbedaan – perbedaan dalam dasar
alirannya yang membedakan dengan Negara – Negara lain.
India merupakan asal muasal dari agama Budha yang
berasal dari ajaran seorang petama yang bernama Sidharta Gautama dengan kitab
Tripitaka. Adanya pepatah Ashy Ajatang Abhutang Akatang Asam Khatang “suatu
yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan dan mutlak. Sedangkan
di India sendiri sempat mengalami perpecahan dan kemrosotan sekitar 1.600 thn
setelah budha meninggal, abad ke-12 budha benar2 sirna dari India. Lalu
diperkenalkan dari Srilangka pada akhir abad ke-19 M, 700 thn sebelumnya tidak
ada agama Budha di India.
Di Korea penyebar aliran ajaran Budha memiliki dukungan yang cukup besar
dari pemerintahnya. Kebanyakan orang yang
menganut agama Budha akan bernasib baik dengan adanya aliran dana dari
pemerintah untuk mengembangkan ajaran Buddha. Walaupun di Korea terdapat “Human
Right Watch”, akan tetapi pemerintah tetap memberikan keuntungan lebih pada
para pemganut ajaran Budha. Hal tersebut menjadikan penganut Buddha di Korea
mencapai 1.082.000 jiwa yaitu 40% dari jumlah seluruh penduduk Korea.
Sedangkan di Cina, perbedaan mendasar terdapat alirannya. Rakyat Cina sangat
menentang aliran Hinayana. Aliran Hinayana adalah aliran Buddha yang memilki
aturan yang ketat dimana para pengikutnya harus meninggalkan kepentingan
duniawi untuk beribadah. Sehingga menggunakan ajaran Buddha yang dapat
berkolaborasi dengan budaya setempat dan tetap mempertahankan kepentingan –
kepentingan duniawi seperti bekerja dan sebagainya.
Sedangkan di Jepang sendiri banyak sekali keunikan serta budaya yang muncul
karena pengaruh ajaran Buddha. Seperti seni Zen yang telah dijelaskan
sebelumnya. Menghasilkan budaya – budaya baru untuk Jepang. Dan banyak sekte –
sekte yang muncul di tiap – tiap jaman sehingga memunculkan pasang surut aliran
agam Buddha. Di Jepang sendiri memperbolehkan para Biksu untuk menikah. Hal
tersebut dilakukan untuk memunculkan penerus yang mengembangkan ajaran Buddha.
Setelah para Biksu itu merasa cukup tua dan anaknya mampu untuk meneruskannya,
biksu itu akan menyendiri sesuai dengan ajaran Budha yaitu terlepas dari
kepentingan – kepentingan dunisawi.
Bukti-bukti adanya Buddhisme di
jepang
Dari kurang lebih 710 banyak sekali kuil dan vihara
dibangun ibu kota Nara, seprti pagoda lima tingkat dan Ruang Emas Horyuji, atau
kuil Kofukuji. Banyak sekali lukisan dan patung dibuat sampai tak trhitung dan
sering kali dengan sponsor pemerintah. Pembutan seni Buddha Jepang mencapai
masa keemasan antara abad ke-8 dan abad ke-13semasa pemerintahan di Nara,
heian-kyo, dan Kamakura. Banyak sekali lukisan dan patung dibuat sampai tak
terhitung.
Kuil Budha atau dalam bahasa jepangnya Tera bisa ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak dan tersebar di berbagi tempat. Kebanyakan dari bangunan Tera yang ada termasuk Kuil Keluarga yang artinya pengelolaannya berada pada perorangan yang diwariskan secara turun-temurun. Kebanyakan Tera yang ada adalah berbentuk bangunan kayu yang sudah sangat tua dan dibangun sekitar abad ke8. Namun kebanyakan dari bangunan kuil sekarang sudah direnovasi dari kuil lama. Diperkirakan sekarang ini terdapat sekitar 80.000 kuil di seluruh Jepang.
Kuil Budha atau dalam bahasa jepangnya Tera bisa ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak dan tersebar di berbagi tempat. Kebanyakan dari bangunan Tera yang ada termasuk Kuil Keluarga yang artinya pengelolaannya berada pada perorangan yang diwariskan secara turun-temurun. Kebanyakan Tera yang ada adalah berbentuk bangunan kayu yang sudah sangat tua dan dibangun sekitar abad ke8. Namun kebanyakan dari bangunan kuil sekarang sudah direnovasi dari kuil lama. Diperkirakan sekarang ini terdapat sekitar 80.000 kuil di seluruh Jepang.
Berikut merupakan empat kuil yang terdapat di
Jepang yang telah ditetapkan sebagai World hertage (warisan dunia) oleh
Unesco:
1)
Kuil
Toudaiji, dibangun pada tahun 728. Kuil ini terkenal merupakan bangunan kayu
yang tertua di dunia.
2)
Kuil
Kinkakuji atau kuil Emas, sangat terkenal karena sesuai dengan namanya,
bangunanya berwarna kuning keemasan.
3)
Kuil
Kiyomizu Dera, yang dibangun sekitar tahun 789.
Kuil
Rnno-ji in, yang dibangun pada tahun 766. Pada kompleks bangunan ini kadang
dikenal dengan nama Nikko Temple karena berada di daerah Nikko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar