KESENIAN RAMPAK BEDUG PANDEGLANG
Sabar Wiraguna
BAB I
PENDAHULUAN
Kesenian merupakan salah satu unsur dalam
kebudayaan yang dapat merefleksikan kondisi kehidupan dan budaya masyarakat
pendukungnya. Kesenian adalah identitas bagi pemiliknya, apabila kesenian itu
berada pada suatu daerah maka kesenian tersebut milik daerah. Setiap daerah
memiliki kesenian yang menjadi identitas daerah tersebut, misalnya Subang
dengan kesenian Sisingaannya, Jawa Barat dengan kesenian Jaipongannya dan
Banten dengan kesenian Debus.
Banten,
selain terkenal dengan kesenian Debusnya, ternyata memiliki berbagai macam
kesenian tradisional seperti Angklung Buhun, Dogdog Lojor, Terbang Gede,
Marhaban, Dzikir Saman, dan Seni Bedug. Kesenian yang berkembang di wilayah
Banten, tidak terlepas dari pengaruh unsur agama Islam. Salah satu kesenian
yang dipengaruhi oleh unsur agama Islam yaitu kesenian Rampak Bedug. Kesenian
Rampak Bedug, berkembang di daerah Kabupaten Pandeglang dan menjadi identitas
bagi masyarakat Pandeglang.
Kesenian Rampak
Bedug merupakan kesenian tradisional yang berkembang secara turun temurun,
khususnya di daerah Pandeglang. Rampak Bedug, sebagai suatu kesenian, tentu
saja mengalami perkembangan dari masa ke masa. Hal ini terkait dengan sifat
dari kesenian itu sendiri, yaitu kesenian merupakan unsur kebudayaan yang
selalu kreatif dan dinamis. Perubahan yang terjadi dalam kesenian, tentu saja
berlangsung dalam proses yang panjang, bertahap dan berkembang sesuai
lingkungannya. Perkembangan yang terjadi dalam kesenian ini, tidak terlepas
dari pengaruh masyarakat sebagai pendukungnya
BABII
PEMBAHASAN
Kesenian Rampak Bedug Pandeglang
Seni rampak bedug adalah kesenian tradisional masyarakat
pandeglang Banten, seni rampak bedug merupakan titik kulminasi estetik dari
tradisi ngadu bedug yang biasa dilakukan warga pada perayaan hari raya iedul
fitri atau iedul adha. Perangkat peralatan yang digunakan meliputi : satu set
bedug kecil selaku pengatur irama, tempo dan dinamika, sedangkan bedug besar
sebagai bass, sementara melodi hanya berasal dari lantunan shalawatan yang
dilakukan sambil menabuh. Pola tubuh yang biasa mereka sebut dengan lagu
diantaranya :pingping cak-cak, nangtang, celementre, rurudatan, antingsela,
sela gunung, kelapa samanggar, dan lain-lain.
Tahun 1950-an merupakan awal mula
diadakannya pentas rampak bedug. Pada waktu
itu, di Kecamatan Pandeglang pada khususnya, sudah biasa diadakan pertandingan antar kampung. Sampai tahun 1960 rampak bedug
masih merupakan hiburan rakyat, persis
ngabedug. Kapan rampak bedug diciptakan, mungkin jauh sebelum tahun 1950-an. Siapa pencipta awal rampak bedug ? Ini pun
sepertinya tidak dicatat. Bahkan mungkin saja sang creator tidak menyebut-nyebut dirinya. Hanya saja
disebut-sebut, bahkan tepatnya di
Kecamatan Pandeglang. Kemudian seni ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya,
malah hingga ke Kabupaten Serang.
Seni rampak
bedug mulai ramai dipertandingkan pada tahun 1955-1960. Kemudian antara
tahun 1960-1970 Haji Ilen menciptakan suatu tarian kreatif dalam seni rampak
bedug. Rampak bedug yang berkembang saat ini dapat dikatakan sebagai hasil kreasi
Haji Ilen dan sampai sekarang Haji Ilen masih ada. Rampak bedug kemudian dikembangkan oleh
berempat yaitu : haji Ilen, Burhata (almarhum), juju, dan Rahmat. Hingga akhir tahun 2002 ini sudah
banyak kelompok-kelompok pemain rampak bedug.
Kata " bedug ' sedah tidak asing lagi bagi
telinga bangsa Indonesia. Bedug hampir terdapat disetiap mesjid, sebagai alat
atau benda informasi datangnya waktu sholat 5 waktu. Demikian juga dengan seni
bedug semacam ngabedug atau ngadulag sudah akrab ditelinga kita. Tapi "
Rampak Bedug " akan terasa asing , sebab " Rampak Bedug " hanya
tedapat di daerah Banten. Kata " Rampak " mengandung arti "
serempak ", juga " banyak " jadi " Rampak Bedug "
adalah seni bedug dengan menggunakan waditra berupa " banyak " bedug
yang di tambuh secara " serempak " sehingga menghasilkan irama khas
yang enak didengar.
Rampak bedug pertama kali dimaksudkan untuk
menyambut bulan suci Ramadhan, persis seperti seni ngabedug dan ngadulag.
Tetapi karena merupakan suatu kreasi seni yang genial dan mengundang perhatian
penonton, maka seni rampak bedug ini berubah menjadi suatu seni yang layak
jual.Rampak Bedug selain berfungsi religi yakni menyemarakkan Bulan Suci
Ramadhan dengan alat - alat memang dirancang para ulama juga memiliki fungsi
rekreasi/ hiburan.
Dimasa yang lalu pemain rampak bedug semuanya laki - laki.
Tapi, sekarang sama halnya dengan banyak seni lainnya terdiri dari laki - laki
dan perempuan. Jumlah pemainnya sekitar 10 orang, laki - laki 5 orang dan
perempuan 5 orang. Adapun fungsi masing - masing pemain sebagai berikut :
- Pemain laki - laki sebagai penabuh bedug sekaligus kendang
- Pemain perempuan sebagai penabuh bedug
- Baik laki - laki maupun perempuan sekaligus sebagai penari
Busana yang di pakai oleh pemain
Rampak Bedug adalah pakaian muslim dan muslimah yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan unsur kedaerahan. Pemain laki - laki, misalnya
mengenakan pakaian pesilat lengkap dengan sorban khas Banten. Adapun pemain
perempuan mengenakan pakaian khas tari - taria tradisional, tapi bercorak
kemoderan dan relative religius, misalnya menggunakan rok panjang bawah lutut dari
bahan batik dengan warna dasar dan didalamnya mengenakan celana panjang warna
merah sejenis celana panjang pesilat. Bajunya tangan panjang yang dikeluarkan
dan diikat dengan ikat pingggang besar . Adapun rambutnya menenakan sejenis
sanggul bunga yang terbuat dari rajutan benang semacam penutup kepala bagian
belakang.
BAB III
KESIMPULAN
Kesenian
Rampak Bedug merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Kabupaten
Pandeglang. Dalam perkembangannya, kesenian Rampak Bedug mengalami perubahan
baik dalam hal bentuk dan struktur ataupun fungsi kesenian Rampak Bedug.
Perubahan yang terjadi dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik yang berasal dari faktor manusia, lingkungan geografis,
ataupun kondisi sosial budaya masyarakat. Kesenian Rampak Bedug merupakan
perkembangan dari tradisi ngadu bedug yang dilakukan oleh masyarakat di
Kabupaten Pandeglang.
Istilah
Rampak Bedug mulai diperkenalkan sekitar tahun 1970-an. Pada periode ini,
kesenian Rampak Bedug mulai diperlombakan dan dikemas dalam kemasan yang baru.
Kesenian Rampak Bedug mulai disajikan dengan dipadukan gerakan-gerakan yang
sederhana, dimana gerakan yang ditampilkan lebih menonjolkan gerakan pada
pukulan bedug. Periode ini, merupakan masa dimana kesenian Rampak Bedug mulai dijadikan
suatu agenda wajib untuk memperingati hari jadi Kabupaten Pandeglang.
DAFTAR
PUSTAKA
sebaiknya di cari lagi data yang lebih rinci/akurat kenapa ngadu beduk kemudian berubah (tidak boleh) dilakukan antar kampung lagi tepatnya antar Langgar dan Mesjid, beberapa pelaku sejarah masih hidup di sekitar Pamageursari, Ciherang, dan Kabayan ......... silahkan luruskan sejarahnya. Terima kasih sudah mengangkat salah satu budaya Pandeglang Asli.
BalasHapus